Sabtu, 29 Juni 2013

Makalah Daun dan Batang

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daukehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik.Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun.
Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga),xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi tunas terminal. Di bagian batang yang lebih tua, yang daunnya saling berjauhan, buku (nodus) tempat daun melekat pada batangdapat dibedakan dari ruas (internodus), yakni bagian batang di antar dua buku yang berurutan. Di ketiak daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung pada pertumbuhan ruas dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang bisa memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang jelas. Sebaliknya, batang dapat juga amat pendek dan letaknya merapat membentuk roset. Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan habitat tumbuh dibedakan batang yang tumbuh di bawah (rizoma, umbi lapis, umbi batang), di dalam air, atau di darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat, atau merayap. Ragam lain adalah susunan daun pada batang, ada atau tidak adanya tunas ketiak yang tumbuh menjadi cabang, serta taraf percabangan, bila ada.
Mengingat banyak fungsi dan struktu batang, amatlah menakjubkan bahwa hanya ada satu struktur dasar bagi semua tumbuhan berpembuluh. Jaringan pada batang dapat dibagi menjadi jaringan dermal, jaringan dasar, dan jaringan pembuluh. Perbedaan struktur primer batang pad spesies berlainan didasari oleh perbedaan dalam jumlah jaringan dasar dan jaringan pembuluh. Pad Coniferae dan dikotil, jaringan pembuluh pada ruas batang umumnya tampak seperti silinder berongga yang dibatasi di sebelah luar oleh korteks dan di sebelah dalam oleh empulur. Sistem jaringan pembuluh pada primer berupa sejumlah berkas yang jelas terpisah satu dari yang lain dan dinamakan ikatan pembuluh. Ikatan pembuluh juga dinamakan fasikel dan terletak dalam lingkaran. Parenkim di antara dua ikatan pembuluh yang berdampingan disebut parenkim interfasikel atau jari – jari epulur.
Pada Gymnospermae dan dikotil, letak ikatan pembuluh berada dalam llingkaran, sedangkan pada monokotil letaknya tersebar atau dalam dua lingkaran. Berikut ini dibahas jaringan primer dari luar ke dalam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan daun ?
2.      Apa yang di masksud dengan helaian, apeks, dan basal ?
3.      Apa yang dimaksud dengan  batang ?
4.      Apa saja fungsi dari batang ?
5.      Apa saja jaringan penyusun batang ?
6.      Apa perbedaan antara batang dikotil dengan monokotil ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan pengertian daun
2.      Menjelaskan bentuk helaian, aspek, dan basal
3.      Menjelaskan fungsi batang pada tumbuhan.
4.      Menjelaskan struktur jaringan pada batang.
5.      Mampu membedakan batng dikotil dengan batang monokotil.
6.      Menjelaskan fungsi dari setiap jaringan pada batng.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    DAUN
1.      Pengertian Daun

Merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.

a.       Bentuk Daun (Morfologi)

Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun segar (kiri) dan tua. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
b.      Bagian-bagian Daun
Daun tumbuhan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, mulai dari yang berbentuk duri kecil pada kaktus hingga yang berbentuk lebar pada palm. Sekalipun bentuk dan ukuran daun tampak bervariasi, pada dasarnya daun terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian basal yang berkembang menjadi pelepah (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut dinamakan daun lengkap. Pada sebagian besar tumbuhan, daun hanya terdiri dari satu atau dua bagian saja, yakni helai daun saja, tangkai dan helai daun, pelepah dan helai daun, atau tangkai daun saja. Daun-daun yang demikian dinamakan sebagai daun tak lengkap.
2.      Helaian, Apeks, dan Basal
a.       Bentuk helaian daun
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan kata-kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda.
b.      Apeks dan pangkal
Selain bentuk helaian daun, apeks dan pangkal daun juga memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam. Bentuk apeks daun yang sering dijumpai antara lain runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundus), rompang (truncarus), terbelah (retusus) dan berduri (mucronatus).
c.       Pertulangan Daun
Pertulangan daun merupakan suatu karakteristik bagi daun tumbuhan. Dari segi anatomi, pertulangan daun sebenarnya merupakan suatu susunan ikatan pembuluh yang berada padahelaian daun. Pola susunan pertulangan daun sering berbeda untuk setiap spesies atau merupakan karakteristik bagi suatu kelompok taksonomi yang lebih besar. Susunan pertulangan daun dari daun tumbuhan biasanya terdiri dari:
ü  Tulang daun primer (Midrib, Costa, Ibu tulang daun), yaitu tulang daun yang muncul dari dasar helaian daun dan berakhir pada apeks daun.
ü  Tulang daun sekunder (tulang daun lateral/Nervus lateralis), yaitu cabang dari tulang daun primer.
ü  Tulang daun tertier (Veins), yaitu tulang daun yang beruykuran lebih kecil dari tulang daun sekunder dan merupakan cabang dari tulang daun primer atau sekunder.
ü  Tulang daun kuarter (Veinlets), yaitu tulang daun yang paling kecil yang masih dapat dilihat. Tulang daun inilah yang biasanya membentuk susunan pertulangan daun tertutup bila satu sama lain saling bertemu (anastomosa) atau susunan pertulangan terbuka bila tidak saling ber-anastomosa.
a)      Tepi Daun
Bentuk, perbandingan dan struktur dari bagian-bagian daun, khususnya helaian daun (lamina) sangat bervariasi, baik diantara daun dari spesies yang berbeda maupun diantara daun dalam satu spesies (khususnya daun-daun pada kecambah dengan daun-daun pasca-kecambah). Pada daun tunggal atau anak daun dari daun majemuk, helaian daun dapat bertepi rata (integer/entire) atau bertoreh. Daun-daun dengan tepi bertoreh, torehan dapat dangkal atau dapat pula besar dan dalam . Helaian daun dengan tepi bertoreh dangkal tidak akan merubah bentuk secara keseluruhan, tetapi jika helaian daun bertoreh besar dan dalam dapat mempengaruhi bentuk daun tersebut. Torehan yang besar dan dalam tersebut biasanya mengikuti pola pertulangannya (menyirip atau menjari).
b)      Daun Tunggal dan Daun Majemuk
Atas dasar konfigurasi helaiannya, daun dapat dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang helaiannya hanya terdiri dari satu helai tanpa adanya persendian di bagian dasar helaian tersebut, sedangkan daun majemuk adalah daun dimana helaiannya disusun oleh sejumlah bagian-bagian terpisah yang berbentuk seperti daun dan disebut anak daun (leaflet). Pada bagian basal helaian anak daun atau bagian basal petolulus biasanya ditemukan adanya pulvinulus (persendian daun). Adanya pulvinulus pada anak daun ini menyebabkan anak daun dapat gugur sendiri-sendiri (tidak bersamaan). Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang sama dengan daun tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan anak daari daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah ini adalah dua hal yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal dengan anak daun dari daun majemuk, yaitu :
1.      Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak anak daun dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2.      Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan, sedangkan anak daun dari daun majemuk menempati satu bidang.
Pada daun majemuk dapat dibedakan bagian-bagian sebagai berikut :
1.      Petiolus (tangkai daun), yaitu tangkai yang terletak di antara batang (dahan) dengan anak daun terbawah atau rakhila terbawah, disebut juga sebagai bagian infrayuga serta memiliki pulvinus di bagian pangkalnya.
2.      Rakhis, yaitu tangkai yang terletak di atas anak daun terbawah atau rakhila (rakhis sekunder) terbawah. Bagian rakhis yang berada di antara dua anak daun disebut bagianinteryuga, sedangkan bagian rakhis yang berada di bawah anak daun teratas disebut bagian ultrayuga. Pada daun majemuk bergAnda dapat ditemukan adanya rakhila atau rakhis sekunder, yaitu cabang dari rakhis. Rakhila ini dapat bercabang lagi dan disebut rakhis tertier.
3.      Petiolulus, yaitu tangkai anak daun dan biasanya memiliki suatu persendian yang disebut pulvinulus (pulvinus sekunder).
Bila dalam suatu daun majemuk anak daun muncul menyirip pada rakhis, maka daun tersebut dinamakan daun majemuk menyirip (pinnatus), sedangkan bila anak daun muncul dari satu titik pada ujung petiolus, maka daun tersebut dinamakan daun majemuk menjari (palmatus). Daun majemuk menyirip dapat imparipinnatus bila pada ujung rakhis terdapat satu anak daun, paripinnatus bila pada ujung rakhis tidak terdapat anak daun, atau interupte-pinnatus bila terdapat anak daun yang berukuran besar dan kecil yang berselang letaknya sepanjang rakhis.
Daun majemuk menyirip ini dapat pulabipinnatus atau tripinnatus bila dua atau tuga kali menyirip, atau bila ditemukan adanya rakhis sekunder dan tertier. Daun majemuk dapat pula berbentuk campuran antara menjari dengan menyirip yang disebut daun majemuk digitatopinnatusatau palmatopinnatus. Pada daun seperti ini, rakhis-rakhis terseusun menjari, sedangkan anak daun terseusun menyirip pada setiap rakhis.
c)      Modifikasi Daun
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi.
Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari daun. Bagian daun tambahan, seperti stipula juga dapat termodifikasi menjadi bentuk lain. Daun yang termodifikasi secara keseluruhan (daun secara utuh) dapat berubah antara lain menjadi duri (spina phyllogenum), sulur (tendril), sisik (cataphyll/scale), brakte (bractea) atau brakteola (bracteola) dan seludang bunga (spatha). Brakte/brakteola dan seludang bunga lebih lanjut akan dibahas pada perbungaan.
d)     Perkembangan Daun
Daun baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan primordial daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya pada meristem apeks disebutplastokron. Primordial daun pada tumbuhan dikotil biasanya terbentuk pada sebagian kecil dari diameter meristem apeks pucuk, sedangkan pada tumbuhan monokotil, primordial daun terbentuk dan berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk. Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak berbentuk seperti pasak, sedangkan daun monokotil tampak seperti kerah baju yang menutupi seluruh asspek pucuk.
Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran daun terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan penambahan ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda pada daerah tertentu dari meristem daun, sehingga terjadi aktifitas diferensial dari meristem daun yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda. Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda, yaitu perbedaan fase hidup, gen dan kondisi lingkungan. Perbedaan dibentuknya bentuk-bentuk daun agar kita mudah mengenali ciri khas dari setiap spesies.Berikut perubahan struktur epidermis dan mesofil jika ditinjau dari kondisi lingkungannya :
1.      Tumbuhan Xerofit à hidup pada kondisi lingkungan kering
ü  Ukuran daun kecil à ukuran sel kecil, dinding sel lebih tebal, jaringan pembuluh rapat.
ü  Stomata terlindung di bagian yang lebih dalam dari epidermis.
ü   Jaringan palisade umumnya lebih dari satu lapisan sel.
ü  Pada permukaan daun terdapat kutikula dan trikoma
ü  Pada tumbuhan sukulen, terdapat banyak sel parenkim yang berfungsi untuk menyimpan air
2.      Tumbuhan Hidrofit à tumbuhan yang hidup di air
ü  Jaringan penyokong dan pelindung tereduksi, jaringan pembuluh berkurang (terutama xilem), terbentuk ruang udara yang cukup besar à aerenkim
ü  Epidermis à pengambilan nutrisi dari dalam air dan untuk pertukaran gas à Pada banyak tumbuhan air, epidermis berklorofil
ü  Kutikula tipis
ü  Stomata pada umumnya tidak ada. Pada daun tumbuhan air yang terapung, stomata terdapat pada permukaan atas
ü  Daun yang terendam dalam air termodifikasi menjadi bentuk silindris, àmemimimalkan arus air yang melewati daun / mencegah koyaknya daun.
ü  Beberapa tumbuhan air memiliki dua bentuk daun berbeda :
 Daun darat dan daun air à pengendalian ekspresi gen dalam pembentukan daun.
3.      Daun pada tumbuhan yang disimpan di tempat gelap
Lamina lebih tipis dan area permukaan yang lebih lebar dibandingkan dengan daun yang tumbuh pada kondisi cahaya normal.
-          Laju fotosintesis rendah pada saat cahaya matahari penuh
-          Laju fotosintesis ~ daun di tempat terbuka pada lingkungan terlindung
Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun (bifacial/dorsoventral) terjadi bila meristem tepi daun aktif melakukan pembelahan sel. Bila aktifitas meristem tepi tersebut terbatas hanya pada daerah-daerah tertentu saja, maka akan terbentuk daun yang berbagi menyirip atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya bentuk daun sangat tergantung dari perkembangannya, terutama pembelahan dan pembesaran sel.
Selain itu, adanya kematian sel pada daerah-daerah tertentu selama perkembangan daun berlangsung juga dapat menentukan bentuk akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah yang merupakan dasar bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk geometri daun yang berbeda-beda.



B.     BATANG
1.      Definisi Batang



Batang ( CAULIS ) merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan memingit tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan.
Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut:
a)      Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan tetapi selalu bersifat aktifnomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
b)      Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
c)      Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat Fototrop atau helitrop),
d)     Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering dikatakan, bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
e)      Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
2.      Fungsi Batang
Batang sangat berperan penting bagi kehidupan tumbahan. Air yang diserap akar diangkut oleh pembuluh kayu (xilem) sampai ke daun.
Air dan garam-garam mineral dari dalam tanah masuk ke tumbuhan secara osmosis, karena cairan yang ada di dalam tumbuhan lebih pekat dari air yang ada di dalam tanah. Air menumbus sel-sel, sehingga menimbulkan suatu gaya pada akar yang disebut gaya tekan akar, air masuk ke dalam batang secara kapilaritas, karena pada batang terdapat lubang-lubang kecil memanjang yang disebut kapiler batang yang terdapat pada korteks.
Sepanjang pembuluh xylem punya sel-sel berbentuk kapiler, sehingga mempercepat kenaikan air sampai ke daun.
Jika diinventarisir maka fungsi batang pada tumbuhan adalah sebagi berikut:
a.       Fungsi sebagai alat angkut (transportasi)
Batang tumbuhan memiliki macam-macam jaringan yang hampir sama dengan akar. Jaringan pembukuh angkut floem dan xylem saling bersambung dari akar ke batang dan ke daun, dan tidak pernah putus. Air dan garam mineral dari dalam di serap oleh bulu-bulu akar masuk ke epidermis menuju korteks dan endodermis dan akhirnya masuk ke pembuluh xylem untuk diangkut. Xylem yang ada di dalam akar itu akan berkesinambungan atau bersmbung, tidak putus dengan pembuluh xylem yang di dalam batang.
Air dari akar itu selanjutnya akan sampai di batang, karena di angkut oleh xylem. Air di xylem batang di angkut ke bagian tumbuhan lainnya yang lebih atas, seperti ke daun. Xylem pada batang bentuknya tampak seperti tabung atau rongga kecil yang disebut pipa kapiler. Naiknya air pada pipa-pipa kapiler ssseperti pada xylem disebut kapilaritas batang.
Untuk memahami hal ini, cobalah anda amati satu potongan batang dikotil secara melintang. Apa saja yang terdapat pada potongan batang tersebut? Tentu selain pembuluh kayu atau xylem yang saling bersambungan mulai dari akar, batang hingga ke daun, juga terdapat pembuluh angkut yang berfungsi untuk menyangkut zat makanan hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tubuh tumbuhan. Jaringan pembuluh ini disebut pembuluh tapis atau floem. Floem juga selalu bersmabung dari daun smapai akar. Floem yang ada di batang berfungsi untuk menerimaan zat makanan dari daun untuk dibawa keseluruh bagian tumbuhan.
b.      Fungsi batang sebagai alat penyimpanan zat makanan
Anda sudah mengenal batang, bahkan makanannya. Kentang adalah umbi yang berasal dari batang yang mengembang berisi zat makanan yang berupa zat tepung. Zat makanan tersebut merupakan sisa dari proses aktivitas hidup tumbuhan kentang, dan disimpan sebagai cadangan makanan.
c.       Fungsi batang sebagai penyokong tubuh
Batang pada tumbuhan juga berfungsi sebagai penyokong tubuh tumbuhan, maksudnya adalah menjadikan tumbuhan dapat tegak dan mengarah kea atas. Di samping itu batang juga merupakan tempat melekatnya daun-daun dari tumbuhan itu. Fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya, sebagia penunjang bahwa tumbuhan bagian dari makhluk ditunjang oleh fungsi batang sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif, antara lain perkembangbiakan menggunakan stek batang.
d.      Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah, yaitu: daun , bunga, dan buah
e.       Alat perkembangbiakan.
Batang juga berfungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif. Hampir semua pertumbuhan vegetatif, baik secara alami maupun buatan, menggunakan batang. Tentang perkembangbiakan ini akan kamu pelajari lebih lanjut di kelas VI.
Bagi manusia, batang tumbuhan yang membentuk kayu dapat dimanfaatkan, antara lain, untuk membuat perabot rumah tangga, contohnya batang pohon jati; untuk bahan makanan, contohnya sagu, asparagus; untuk bahan industri, contohnya tebu dan bambu.
3.      Jenis  - jenis Batang
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan. Ada di antaranya yang jelas kelihatan batangnya. Tetapi ada pula yang tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu kita membedakan:
a.       Tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis).tumbuh tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada. Hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebabkan karena batang amat pendek,sehingga semua daunya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu roset (rosula), seperti misalnya lobak (Raphanus sativus L). Lihatlah perihal tata letak daun. Tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga. Dari tengah-tengah roset daun muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun yang jarang-jarang, bercabang-cabang dan mendukung bunga-bunganya.

b.      Tumbuhan yang jelas berbatang.
Batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut:
1.      Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair, misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus L). Krokot (portulaca oleracea L),
2.      Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores) dan semak-semak (frutices) pada umumnya.
Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah, sedang semakadalah tumbuhan yang tak seberapa besar,batang berkayu,bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh pohon: mangga, semak: sidaguri
3.      Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi (oryza sativa l) dan rumput( Gramineae) pada umumnya.
4.      Batang mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong (Fimbristylis globusa kunth), wlingi (Scirpus grossus L) dan tumbuhan sebangsa teki (cyperaceae).

1.      Bentuk Batang
Tumbuhan biji belah (dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang, yang dapat mempunyai percabangan atau tidak. Tumbuhan biji tunggal (monocotyledoneae) sebaliknya mempunyai batang yang dari pangkal sampai ke ujung boleh dikata tak ada perbedaan besarnya. Hanya pada beberapa golongan saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas tetap sama, seperti terlihat pada bermacam-macam palma (palmae).
Jika kita berbicara tentang bentuk batang biasanya yang dimaksud ialah bentuk batang pada penampang melintangnya ini dapat dibedakan bermacam-macam bentuk batang :
a.       Bulat (teres), misalnya bambu (bambusa sp), kelapa (cocos)
b.      Bersegi (angularis). Dalam hal ini ada kemungkinan:
-          Bangun segi tiga(triangularis), misalnya batang teki (Cyperus rotundus),
-          Segi empat (quadrangularis), misalnya batang markisah (passiflora quardrangularis L.)
c.       Pipih dan biasanya lalu melebar menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan:
-          Filokladia (phyllocladium), jika amat pipih dan mempunyai daun dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia platyclada meissn)
-          Kladodia (cladodium), misalnya sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris Mill)
2.      Percabangan Pada Batang
Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneoe) ,misalnya jagung (Zea mays L.) . Umumnya batang memperlihatkan percabangan, entah banyak entah sedikit.
Cara percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan tiga macam cara percabangan, yaitu :
1.      Cara percabangan monopodial ,yaitu juka batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) dari pada cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.)
2.      Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya misalnya pada sawo manila (Achras zapota L.)
3.      Percabangan menggarpu atau dikotom,yaitu cara percabangan,dimana batang setiap kali menjadi 2 cabang yang sama besarnya,misalnya paku andam(Gleichenia linearis Clarke).
Cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari batang pokok lazimnya disebut dahan(ramus).sedang cabang-cabang yang kecil dinamakan ranting(ramulus).
Cabang-cabang pada suatu tumbuhan dapat bermacam-macam sifatnya,oleh karena itu,cabang-cabang dapat dibedakan seperti dibawah ini :
a.       Geragih (flagellum, stolo), yaitu cabang-cabang kecil panjang yang tumbuh merayap, dan dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru dan kebawah tumbuh akar-akar. Tunas pada buku-buku ini beserta akar-akarnya masing-masing dapat terpisah merupakan suatu tumbuhan baru. Cabang yang demikian ini dibedakan lagi dalam dua macam :
1.      Merayap di atas tanah, misalnya pada daun kaki kuda (centella asiatica Urb.) dan arbe (Fragraria vesca L.)
2.      Merayap di dalam tanah , misalnya teki (cyperus lrotundus L.), kentang (solanum tuberosum L.)
b.      Wiwilan atau tunas air (virga singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang tidur atau kuncup-kuncup liar. Seringkali terdapat pada kopi (Coffea sp.) dan pohon coklat (Theobroma cacao L.).
c.       Sirung panjang (virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya merupakan pendukung daun-daun, dan mempunyai ruas-ruas yang cukup panjang. Pada cabang-cabang demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, oleh sebab itu sering disebut pula cabang yang mandul (steril),
d.      Sirung pendek (virgula atau virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung tanpa bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil).

3.      Arah Tumbuh Batang
Cabang-cabang pada suatu tumbuhan biasanya membentuk sudut yang tertentu dengan batang pokoknya. Bergantung pada besar kecilnya sudut ini, maka arah tumbuh cabang menjadi berlainan.
Umumnya orang membedakan arah tumbuh cabang seperti berikut :
a.       Tegak (fastigiatus), yaitu jika sudut antara batang dan cabangnya amat kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya, misalnya wiwilan pada kopi (Coffea sp.)
b.      Condong ke atas (patens), jika cabang dengan batang poko membentuk sudut kurang lebih 45 derajat, misalnya pada pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.)
c.       Mendatar (horizontalis), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut sebesar kurang lebih 90 derajat Celcius, misalnya pada pohon randu (Caiba pentandra gaertn)
d.      Terkulai (declinatus), jika cabang pada pangkal mendatar, tetapi ujungnya lalu melengkung kebawah, misalnya kopi robusta (Coffea robusta Lindl.)
e.       Bergantung (pendulus) , cabang-cabang yang tumbuhnya ke bawah, misalnya cabang-cabang tertentu pada Salix.
4.      Jaringan Pada Batang
a)      Struktur Anatomis Batang
Pada ujung batang yang sedang tumbuh, tepatnya berada dibelakng meristem apical, terbentuk jaringan primer. Dari luar ke dalam, jaringan primer seperti tabg terdapat diujung akar terdiri atas jaringan berikut ini.
-          Protoderma, merupakan bagian luar yang akanmembentuk epidermis.
-          Prokambium, terletak di bagian tengah, akan membentuk xilem, floem, dan kambium vascular.
-          Meristem dasar, akan membentuk empulur dan korteks.
Hanya tumbuhan dikotil yang memiliki kambium sehingga dapat terjadi pertumbuhan sekunder. Hal tersebut dapat menyebabkan tumbuhan dikotil memiliki striktir sekunder.
b)      Struktur Primer Batang
Semua tumbuhan memiliki struktur primer, yaitu struktur jaringan yang terbentuk pada awal pertumbuhan batang pada ujung batang.
Berikut ini akan dibahasa tentang struktur primer batang monokotil dan dikotil.

1.      Struktur Primer Batang Monokotil
Struktur primer batang monokotil terdiri atas epidermis pada bagian luar, dan pada bagian dalam terdiri atas seklerenkima, parenkima korteks, ikatan pembuluh, dan parenkima empulur. Ikatan pembuluh pada struktur primer batang monokotil tersebar acak hingga ke empulur, sehingga batas korteks dan empulur tidak tampak.
2.      Struktur Pimer Batang Dikotil
Struktur primer batang dikotil dibangun oleh jaringan-jaringan primer sebagai berikut.
a.       Epidermis, terbentuk atas sel-sel pipih yang berfungsi melindingi jaringan yang ada di dalamnya, umumnya satu lapis. Dinding sel tebal dan dilapisi kitin atau kutikula.
b.      Korteks, daerah di bawah epidermis yang tersusun dari sel-sel parenkim, fungsinya dapat untuk menyimpan cadangan makanan. Pada beberapa jenis tumbuhan, dinding sel-sel parenkimnya menebal membentuk kolenkima dan seklerenkima, yang berfungsi memperkuat batang.
c.       Stele atau silinder pusat, merupakan bagian terdalam dari batang. Setele tersebut disusun oleh xilem, floem, kambium vascular, dan empulur.
ü  Floem primer merupakan jaringan korteks yang tersusun oleh beberapa macam sel yang mampu mengangkut zat organik hasil fotosintesis dari daun ke tempat lain. Misalnya, floem dan serabut floem.
ü  Kambium vascular (kambium pembuluh), merupakan jaringan yang bersifat meristematis dan terbentuk dari prokambium. Kambium ini terletak di antara jaringan xilem dan floem.  Pembelahan kearah luar sel-sel kambium akan membentuk floem sekunder sedangkan kea rah dalam akan membentuk xilem sekunder.
ü  Xilem primer, merupakan jaringan yang kompleks, yang tersusun atas pembuluh xilem (trakea) dan trakeid, terbentuk pada pembuluh primer.
ü  Empulur, baian dalam batang yang tersusun oleh sel parenkima dan dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan.
3.      Struktur Sekunder Batang
Hanya tumbuhan dikotil yang memiliki kambium sehingga hanya tumbuhan dikotil yang mengalami pertumbuhan sekunder. Macam-macam jaringan sekunder yang dimiliki oleh tumbuhan dikotil akan dijelaskan sebagai berikut :
1)      Floem sekunder , merupakanjaringan floem yang letaknya lebih dalam dari jaringan floem primer, yang dibentuk oleh kambium kea rah luar. Akibat terus terbentuknya jaringan floem sekunder kulit batang tanaman dikotil membesar atau mengalami pertumbuhan sekunder.
2)      Xilem sekunder, merupakan jaringan xilem yang dibentuk oleh jaringan kambium kea rah dalam. Letak xilem sekunder lebih ke arah luar dari pada letak xilem primer. Pertumbuhan xilem sekunder menyebabkan jari-jari xilem semakin besar. Pertumbuhan jari-jari xilem tidak sama setiap tahun, tergantung pada curah hujan, persediaan air, makanan, dan pengaruh musim. Fenomena tebal tipisnya pertumbuhan jari-jari batang menyebabkan terbentuknya lingkaran tahun.
3)      Gabus dan kambium gabus
Gabus (felem) merupakan jaringan yang dibentuk oleh kambium gabus (felogen) ke arah luar. Sebaliknya kea rah dalam felogen akan membentuk feloderma atau parenkim gabus. Gabus terdiri dari sel-sel yang dinding selnya mengalami penebalan oleh suberin, dan bersifat impermeabel. Pada jaringan gabus di kulit batang, terdapat lentisel.
No
Monokotil
Dikotil
1.
Batang tidak bercabang-cabang
Batang bercabang-cabang
2.
Hipodermis berupa sklerenkim
Hipodermis berupa kolenkim
3.
Pembuluh angkut tersebar
Pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkaran atay berseling radial
4.
Tidak mempunyai jari-jari empulur
Jari-jari empulur berupa deretan parenkim diantara berkas pengangkut
5.
Tidak mempunyai kambium vascular, sehingga tidak dapat tumbuh membesar
Mempunyai kambium faskular, sehingga dapat tumbuh membesar
6.
Empulur tidak dapat dibedakan dengan daerah korteks
Dapat dibedakan daerah korteks dan empulur
7.
Tidak ada kambium diantara xilem dan floem
Ada kambium diantara xilem dan floem
Batang berfungsi sebagai tempat duduk daun, sarana lintasan air, mineral,dan makanan antar bagian tumbuhan. Pada fase pertumbuhan, batang menghasilkan daun dan tunas.sedangkan pada fase reproduksi , batang menghasilkan bunga.  Ujung batang dan daunnya disebut kuncup terminal, sedangkan kuncup ketiak disebiu kuncup aksiler.  Jika kuncup suatu batang diiris membujur maka akan tampak bagian berupa daun muda, jaringan meristem, buku dan ruas antarbuku.



BAB III
P E  N U T U P

A.    Kesimpulan
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
Batang berfungsi sebagai tempat duduk daun, sarana lintasan air, mineral,dan makanan antar bagian tumbuhan. Pada fase pertumbuhan, batang menghasilkan daun dan tunas. Sedangkan pada fase reproduksi , batang menghasilkan bunga.  Ujung batang dan daunnya disebut kuncup terminal, sedangkan kuncup ketiak disebut kuncup aksiler.  Jika kuncup suatu batang diiris membujur maka akan tampak bagian berupa daun muda, jaringan meristem, buku dan ruas antarbuku.Pada struktur sekunder batang, hanya tumbuhan dikotil yang memiliki kambium sehingga hanya tumbuhan dikotil yang mengalami pertumbuhan sekunder. Adapun perbedan batang dikotil dengan batang monokotil.
Pada batang monokotil, batang tidak bercabang-cabang, hipodermis berupa sklerenkim, pembuluh angkut tersebar, tidak mempunyai jari-jari empulur, tidak mempunyai kambium vaskular sehingga tidak dapat tumbuh membesar, empulur tidak dapat dibedakan dengan daerah korteks dan tidak ada kambium diantara xilem dan floem. Sedangkan pada batang dikotil, batang bercabang-cabang, hipodermis berupa kolenkim, pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkaran tahunnya berseling radial, jari-jari empulur berupa deretan parenkim diantara berkas pengangkut, mempunyai kambium faskular sehingga dapat tumbuh membesar, dapat dibedakan daerah korteks dan empulur, dan ada kambium diantara xilem dan floem.





DAFTAR PUSTAKA

azaywali.blogspot.com/2012/03/morfologi-daun-tunggal_14.html
nuraeninia.blogspot.com/2012/04/morfologi-daun-majemuk.html
www.scribd.com/doc/94172430/morfologi-daun
Hidayat, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta : Gajdah
Mada University Press.

http://dimar27.multiply.com/journal/item/14/Kemenangan_di_Puncak_Andam?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

1 komentar: