BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bentuk daun
sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran
dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk
dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan
memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.Daun juga bisa
bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat
daukehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik.Daun
tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami
peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.Warna hijau pada daun berasal dari
kandungan klorofil pada daun.
Klorofil adalah
senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang
cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki
pigmen lain, misalnya karoten (berwarna
jingga),xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna
merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan
klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat
dengan jelas pada daun yang gugur).
Batang merupakan
sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik tumbuhnya, batang
dikelilingi daun muda dan menjadi tunas terminal. Di bagian batang yang lebih
tua, yang daunnya saling berjauhan, buku (nodus) tempat daun melekat pada
batangdapat dibedakan dari ruas (internodus), yakni bagian batang di antar dua
buku yang berurutan. Di ketiak daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung
pada pertumbuhan ruas dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang
bisa memperlihatkan sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang jelas.
Sebaliknya, batang dapat juga amat pendek dan letaknya merapat membentuk roset.
Taraf percabangan yang terjadi jika tunas ketiak tumbuh menjadi ranting
menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan habitat tumbuh dibedakan batang
yang tumbuh di bawah (rizoma, umbi lapis, umbi batang), di dalam air, atau di
darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat, atau merayap. Ragam lain adalah
susunan daun pada batang, ada atau tidak adanya tunas ketiak yang tumbuh
menjadi cabang, serta taraf percabangan, bila ada.
Mengingat banyak
fungsi dan struktu batang, amatlah menakjubkan bahwa hanya ada satu struktur
dasar bagi semua tumbuhan berpembuluh. Jaringan pada batang dapat dibagi
menjadi jaringan dermal, jaringan dasar, dan jaringan pembuluh. Perbedaan
struktur primer batang pad spesies berlainan didasari oleh perbedaan dalam
jumlah jaringan dasar dan jaringan pembuluh. Pad Coniferae dan dikotil,
jaringan pembuluh pada ruas batang umumnya tampak seperti silinder berongga
yang dibatasi di sebelah luar oleh korteks dan di sebelah dalam oleh empulur.
Sistem jaringan pembuluh pada primer berupa sejumlah berkas yang jelas terpisah
satu dari yang lain dan dinamakan ikatan pembuluh. Ikatan pembuluh juga
dinamakan fasikel dan terletak dalam lingkaran. Parenkim di antara dua ikatan
pembuluh yang berdampingan disebut parenkim interfasikel atau jari – jari
epulur.
Pada
Gymnospermae dan dikotil, letak ikatan pembuluh berada dalam llingkaran,
sedangkan pada monokotil letaknya tersebar atau dalam dua lingkaran. Berikut
ini dibahas jaringan primer dari luar ke dalam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan daun ?
2. Apa yang di masksud dengan helaian, apeks, dan basal ?
3. Apa yang
dimaksud dengan batang ?
4. Apa saja
fungsi dari batang ?
5. Apa saja
jaringan penyusun batang ?
6. Apa
perbedaan antara batang dikotil dengan monokotil ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Menjelaskan pengertian daun
2. Menjelaskan bentuk helaian, aspek, dan basal
3. Menjelaskan
fungsi batang pada tumbuhan.
4. Menjelaskan
struktur jaringan pada batang.
5. Mampu
membedakan batng dikotil dengan batang monokotil.
6. Menjelaskan
fungsi dari setiap jaringan pada batng.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DAUN
1. Pengertian
Daun
Merupakan salah
satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau
(mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari
cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting
bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme
autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi
energi cahaya menjadi energi kimia.
a. Bentuk
Daun (Morfologi)
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya
berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan
sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan
variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa
meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri
(misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ
fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan
fungsi menjadi organ penyimpan air. Daun segar (kiri) dan tua. Daun tua telah
kehilangan klorofil sebagai bagian dari penuaan.
Warna hijau pada daun berasal dari
kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang
berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam
fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten
(berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah,
biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil
sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas
pada daun yang gugur).
b. Bagian-bagian
Daun
Daun tumbuhan memiliki bentuk dan ukuran yang
bervariasi, mulai dari yang berbentuk duri kecil pada kaktus hingga yang
berbentuk lebar pada palm. Sekalipun bentuk dan ukuran daun tampak bervariasi,
pada dasarnya daun terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian basal yang berkembang
menjadi pelepah (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut dinamakan daun lengkap. Pada sebagian
besar tumbuhan, daun hanya terdiri dari satu atau dua bagian saja, yakni helai
daun saja, tangkai dan helai daun, pelepah dan helai daun, atau tangkai daun
saja. Daun-daun yang demikian dinamakan sebagai daun tak lengkap.
2. Helaian,
Apeks, dan Basal
a. Bentuk
helaian daun
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakan berdasarkan
bentuk dari helaiannya tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya torehan pada tepi
daun. Istilah untuk menyatakan bentuk daun tersebut biasanya digunakan
kata-kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda.
b. Apeks
dan pangkal
Selain bentuk helaian daun, apeks dan pangkal daun
juga memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam. Bentuk apeks daun yang sering
dijumpai antara lain runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul
(obtusus), membulat (rotundus), rompang (truncarus), terbelah (retusus) dan
berduri (mucronatus).
c. Pertulangan
Daun
Pertulangan daun merupakan suatu karakteristik bagi
daun tumbuhan. Dari segi anatomi, pertulangan daun sebenarnya merupakan suatu
susunan ikatan pembuluh yang berada padahelaian daun. Pola susunan pertulangan
daun sering berbeda untuk setiap spesies atau merupakan karakteristik bagi
suatu kelompok taksonomi yang lebih besar. Susunan pertulangan daun dari daun
tumbuhan biasanya terdiri dari:
ü Tulang
daun primer (Midrib, Costa, Ibu tulang daun), yaitu tulang daun yang muncul
dari dasar helaian daun dan berakhir pada apeks daun.
ü Tulang
daun sekunder (tulang daun lateral/Nervus lateralis), yaitu cabang dari tulang
daun primer.
ü Tulang
daun tertier (Veins), yaitu tulang daun yang beruykuran lebih kecil dari tulang
daun sekunder dan merupakan cabang dari tulang daun primer atau sekunder.
ü Tulang
daun kuarter (Veinlets), yaitu tulang daun yang paling kecil yang masih dapat
dilihat. Tulang daun inilah yang biasanya membentuk susunan pertulangan daun
tertutup bila satu sama lain saling bertemu (anastomosa) atau susunan
pertulangan terbuka bila tidak saling ber-anastomosa.
a) Tepi
Daun
Bentuk, perbandingan dan struktur dari bagian-bagian
daun, khususnya helaian daun (lamina) sangat bervariasi, baik diantara daun
dari spesies yang berbeda maupun diantara daun dalam satu spesies (khususnya
daun-daun pada kecambah dengan daun-daun pasca-kecambah). Pada daun tunggal
atau anak daun dari daun majemuk, helaian daun dapat bertepi rata
(integer/entire) atau bertoreh. Daun-daun dengan tepi bertoreh, torehan dapat
dangkal atau dapat pula besar dan dalam . Helaian daun dengan tepi bertoreh
dangkal tidak akan merubah bentuk secara keseluruhan, tetapi jika helaian daun
bertoreh besar dan dalam dapat mempengaruhi bentuk daun tersebut. Torehan yang
besar dan dalam tersebut biasanya mengikuti pola pertulangannya (menyirip atau
menjari).
b) Daun
Tunggal dan Daun Majemuk
Atas dasar konfigurasi helaiannya, daun dapat
dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang
helaiannya hanya terdiri dari satu helai tanpa adanya persendian di bagian
dasar helaian tersebut, sedangkan daun majemuk adalah daun dimana helaiannya
disusun oleh sejumlah bagian-bagian terpisah yang berbentuk seperti daun dan
disebut anak daun (leaflet). Pada bagian basal helaian anak daun atau bagian
basal petolulus biasanya ditemukan adanya pulvinulus (persendian
daun). Adanya pulvinulus pada anak daun ini menyebabkan anak daun dapat gugur
sendiri-sendiri (tidak bersamaan). Oleh karena setiap anak daun dari daun
majemuk memiliki karakteristik yang sama dengan daun tunggal, kadang-kadang
sulit dibedakan antara daun tunggal dengan anak daari daun majemuk, khususnya
bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah ini adalah dua hal yang dapat
dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal dengan anak daun dari daun
majemuk, yaitu :
1. Pada
ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak anak daun
dari daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun
tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan, sedangkan anak
daun dari daun majemuk menempati satu bidang.
Pada
daun majemuk dapat dibedakan bagian-bagian sebagai berikut :
1. Petiolus (tangkai
daun), yaitu tangkai yang terletak di antara batang (dahan) dengan anak daun
terbawah atau rakhila terbawah, disebut juga sebagai bagian infrayuga serta
memiliki pulvinus di bagian pangkalnya.
2. Rakhis,
yaitu tangkai yang terletak di atas anak daun terbawah
atau rakhila (rakhis sekunder) terbawah. Bagian rakhis yang berada di
antara dua anak daun disebut bagianinteryuga, sedangkan bagian rakhis yang
berada di bawah anak daun teratas disebut bagian ultrayuga. Pada daun
majemuk bergAnda dapat ditemukan adanya rakhila atau rakhis sekunder, yaitu
cabang dari rakhis. Rakhila ini dapat bercabang lagi dan disebut rakhis
tertier.
3. Petiolulus, yaitu
tangkai anak daun dan biasanya memiliki suatu persendian yang
disebut pulvinulus (pulvinus sekunder).
Bila dalam suatu daun majemuk anak daun muncul
menyirip pada rakhis, maka daun tersebut dinamakan daun majemuk menyirip
(pinnatus), sedangkan bila anak daun muncul dari satu titik pada ujung
petiolus, maka daun tersebut dinamakan daun majemuk menjari (palmatus). Daun
majemuk menyirip dapat imparipinnatus bila pada ujung rakhis terdapat satu
anak daun, paripinnatus bila pada ujung rakhis tidak terdapat anak
daun, atau interupte-pinnatus bila terdapat anak daun yang berukuran besar dan
kecil yang berselang letaknya sepanjang rakhis.
Daun majemuk menyirip ini dapat
pulabipinnatus atau tripinnatus bila dua atau tuga kali
menyirip, atau bila ditemukan adanya rakhis sekunder dan tertier. Daun majemuk
dapat pula berbentuk campuran antara menjari dengan menyirip yang disebut daun
majemuk digitatopinnatusatau palmatopinnatus. Pada daun seperti ini,
rakhis-rakhis terseusun menjari, sedangkan anak daun terseusun menyirip pada setiap
rakhis.
c) Modifikasi
Daun
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil maupun monokotil
memiliki bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan,
keragaman tersebut semakin bertambah dengan adanya perkembangan ke arah
tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya.
Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi.
Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya
reduksi atau penambahan jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya.
Modifikasi tersebut dapat terjadi pada daun secara keseluruhan (daun secara
utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari daun. Bagian daun tambahan,
seperti stipula juga dapat termodifikasi menjadi bentuk lain. Daun yang
termodifikasi secara keseluruhan (daun secara utuh) dapat berubah antara lain
menjadi duri (spina phyllogenum), sulur (tendril), sisik (cataphyll/scale),
brakte (bractea) atau brakteola (bracteola) dan seludang bunga (spatha).
Brakte/brakteola dan seludang bunga lebih lanjut akan dibahas pada perbungaan.
d) Perkembangan
Daun
Daun baru berkembang dari primordial daun yang
dibentuk pada meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian
panggul meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial
daun sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat
aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara pembentukan
primordial daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya pada meristem
apeks disebutplastokron. Primordial daun pada tumbuhan dikotil biasanya
terbentuk pada sebagian kecil dari diameter meristem apeks pucuk, sedangkan
pada tumbuhan monokotil, primordial daun terbentuk dan berkembang pada
sekeliling meristem apeks pucuk. Jadi, daun dikotil yang sangat muda tampak
berbentuk seperti pasak, sedangkan daun monokotil tampak seperti kerah baju yang
menutupi seluruh asspek pucuk.
Primordial daun akan terus berkembang ukurannya
secara berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu.
Bertambahnya ukuran daun terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah sel yang
diikuti dengan penambahan ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda pada daerah
tertentu dari meristem daun, sehingga terjadi aktifitas diferensial dari
meristem daun yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun yang berbeda.
Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan terbentuknya bentuk-bentuk daun
yang berbeda, yaitu perbedaan fase hidup, gen dan kondisi lingkungan. Perbedaan
dibentuknya bentuk-bentuk daun agar kita mudah mengenali ciri khas dari setiap
spesies.Berikut perubahan struktur epidermis dan mesofil jika ditinjau dari
kondisi lingkungannya :
1. Tumbuhan
Xerofit à hidup pada kondisi lingkungan kering
ü Ukuran
daun kecil à ukuran sel kecil, dinding sel lebih tebal, jaringan
pembuluh rapat.
ü Stomata
terlindung di bagian yang lebih dalam dari epidermis.
ü Jaringan palisade umumnya lebih dari satu
lapisan sel.
ü Pada
permukaan daun terdapat kutikula dan trikoma
ü Pada
tumbuhan sukulen, terdapat banyak sel parenkim yang berfungsi untuk menyimpan
air
2. Tumbuhan
Hidrofit à tumbuhan yang hidup di air
ü Jaringan
penyokong dan pelindung tereduksi, jaringan pembuluh berkurang (terutama
xilem), terbentuk ruang udara yang cukup besar à aerenkim
ü Epidermis à pengambilan
nutrisi dari dalam air dan untuk pertukaran gas à Pada banyak
tumbuhan air, epidermis berklorofil
ü Kutikula
tipis
ü Stomata
pada umumnya tidak ada. Pada daun tumbuhan air yang terapung, stomata terdapat
pada permukaan atas
ü Daun
yang terendam dalam air termodifikasi menjadi bentuk silindris, àmemimimalkan
arus air yang melewati daun / mencegah koyaknya daun.
ü Beberapa
tumbuhan air memiliki dua bentuk daun berbeda :
Daun
darat dan daun air à pengendalian ekspresi gen dalam pembentukan
daun.
3. Daun
pada tumbuhan yang disimpan di tempat gelap
Lamina
lebih tipis dan area permukaan yang lebih lebar dibandingkan dengan daun yang
tumbuh pada kondisi cahaya normal.
-
Laju fotosintesis rendah pada saat
cahaya matahari penuh
-
Laju fotosintesis ~ daun di tempat
terbuka pada lingkungan terlindung
Pada awal perkembangan daun, aktifitas meristem daun
menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi
sebagai akibat aktifitas meristem interkalar. Pelebaran daun
(bifacial/dorsoventral) terjadi bila meristem tepi daun aktif melakukan
pembelahan sel. Bila aktifitas meristem tepi tersebut terbatas hanya pada
daerah-daerah tertentu saja, maka akan terbentuk daun yang berbagi menyirip
atau majemuk menyirip. Jadi, pada dasarnya bentuk daun sangat tergantung dari
perkembangannya, terutama pembelahan dan pembesaran sel.
Selain itu, adanya kematian sel pada daerah-daerah
tertentu selama perkembangan daun berlangsung juga dapat menentukan bentuk
akhir dari suatu daun. Perkembangan daun seperti inilah yang merupakan dasar
bagi terbentuknya basal daun, ujung daun, tepi daun, dan bentuk geometri daun
yang berbeda-beda.
B.
BATANG
1.
Definisi
Batang
Batang ( CAULIS ) merupakan bagian tubuh tumbuhan
yang amat penting, dan memingit tempat serta kedudukan batang bagi tubuh
tumbuhan.
Pada
umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut:
a) Umumnya berbentuk
panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Akan
tetapi selalu bersifat aktifnomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi
menjadi dua bagian yang setangkup.
b) Terdiri
atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku
inilah terdapat daun.
c) Tumbuhnya
biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat Fototrop atau
helitrop),
d) Selalu
bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu sering dikatakan, bahwa batang
mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
e) Mengadakan
percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali
kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
2.
Fungsi
Batang
Batang sangat berperan penting bagi kehidupan
tumbahan. Air yang diserap akar diangkut oleh pembuluh kayu (xilem) sampai ke
daun.
Air dan garam-garam mineral dari dalam tanah masuk
ke tumbuhan secara osmosis, karena cairan yang ada di dalam tumbuhan lebih
pekat dari air yang ada di dalam tanah. Air menumbus sel-sel, sehingga
menimbulkan suatu gaya pada akar yang disebut gaya tekan akar, air masuk ke
dalam batang secara kapilaritas, karena pada batang terdapat lubang-lubang
kecil memanjang yang disebut kapiler batang yang terdapat pada korteks.
Sepanjang pembuluh xylem punya sel-sel berbentuk
kapiler, sehingga mempercepat kenaikan air sampai ke daun.
Jika
diinventarisir maka fungsi batang pada tumbuhan adalah sebagi berikut:
a. Fungsi
sebagai alat angkut (transportasi)
Batang tumbuhan memiliki macam-macam jaringan yang
hampir sama dengan akar. Jaringan pembukuh angkut floem dan xylem saling
bersambung dari akar ke batang dan ke daun, dan tidak pernah putus. Air dan
garam mineral dari dalam di serap oleh bulu-bulu akar masuk ke epidermis menuju
korteks dan endodermis dan akhirnya masuk ke pembuluh xylem untuk diangkut.
Xylem yang ada di dalam akar itu akan berkesinambungan atau bersmbung, tidak
putus dengan pembuluh xylem yang di dalam batang.
Air dari akar itu selanjutnya akan sampai di batang,
karena di angkut oleh xylem. Air di xylem batang di angkut ke bagian tumbuhan
lainnya yang lebih atas, seperti ke daun. Xylem pada batang bentuknya tampak
seperti tabung atau rongga kecil yang disebut pipa kapiler. Naiknya air pada
pipa-pipa kapiler ssseperti pada xylem disebut kapilaritas batang.
Untuk memahami hal ini, cobalah anda amati satu
potongan batang dikotil secara melintang. Apa saja yang terdapat pada potongan
batang tersebut? Tentu selain pembuluh kayu atau xylem yang saling bersambungan
mulai dari akar, batang hingga ke daun, juga terdapat pembuluh angkut yang berfungsi
untuk menyangkut zat makanan hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian
tubuh tumbuhan. Jaringan pembuluh ini disebut pembuluh tapis atau floem. Floem
juga selalu bersmabung dari daun smapai akar. Floem yang ada di batang
berfungsi untuk menerimaan zat makanan dari daun untuk dibawa keseluruh bagian
tumbuhan.
b. Fungsi
batang sebagai alat penyimpanan zat makanan
Anda sudah mengenal batang, bahkan makanannya.
Kentang adalah umbi yang berasal dari batang yang mengembang berisi zat makanan
yang berupa zat tepung. Zat makanan tersebut merupakan sisa dari proses
aktivitas hidup tumbuhan kentang, dan disimpan sebagai cadangan makanan.
c. Fungsi
batang sebagai penyokong tubuh
Batang pada tumbuhan juga berfungsi sebagai
penyokong tubuh tumbuhan, maksudnya adalah menjadikan tumbuhan dapat tegak dan
mengarah kea atas. Di samping itu batang juga merupakan tempat melekatnya
daun-daun dari tumbuhan itu. Fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya,
sebagia penunjang bahwa tumbuhan bagian dari makhluk ditunjang oleh fungsi
batang sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif, antara lain
perkembangbiakan menggunakan stek batang.
d. Mendukung
bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah, yaitu: daun , bunga, dan buah
e. Alat
perkembangbiakan.
Batang juga berfungsi sebagai alat perkembangbiakan
vegetatif. Hampir semua pertumbuhan vegetatif, baik secara alami maupun buatan,
menggunakan batang. Tentang perkembangbiakan ini akan kamu pelajari lebih
lanjut di kelas VI.
Bagi manusia, batang tumbuhan yang membentuk kayu
dapat dimanfaatkan, antara lain, untuk membuat perabot rumah tangga, contohnya
batang pohon jati; untuk bahan makanan, contohnya sagu, asparagus; untuk bahan
industri, contohnya tebu dan bambu.
3.
Jenis -
jenis Batang
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan. Ada
di antaranya yang jelas kelihatan batangnya. Tetapi ada pula yang tampaknya
tidak berbatang. Oleh sebab itu kita membedakan:
a. Tumbuhan
yang tidak berbatang (planta acaulis).tumbuh tumbuhan yang benar
tidak berbatang sesungguhnya tidak ada. Hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu
disebabkan karena batang amat pendek,sehingga semua daunya seakan-akan keluar
dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan
suatu roset (rosula), seperti misalnya lobak (Raphanus
sativus L). Lihatlah perihal tata letak daun. Tumbuhan semacam ini akan
memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga. Dari tengah-tengah
roset daun muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun yang jarang-jarang,
bercabang-cabang dan mendukung bunga-bunganya.
b. Tumbuhan
yang jelas berbatang.
Batang
tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut:
1. Batang
basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair, misalnya
pada bayam (Amaranthus spinosus L). Krokot (portulaca oleracea L),
2. Batang
berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena
sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores)
dan semak-semak (frutices) pada umumnya.
Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang
berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah, sedang semakadalah
tumbuhan yang tak seberapa besar,batang berkayu,bercabang-cabang dekat
permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh pohon: mangga, semak: sidaguri
3. Batang
rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas
yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi (oryza sativa l)
dan rumput( Gramineae) pada umumnya.
4. Batang
mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi mempunyai
ruas-ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong (Fimbristylis globusa
kunth), wlingi (Scirpus grossus L) dan tumbuhan sebangsa teki (cyperaceae).
1. Bentuk
Batang
Tumbuhan biji
belah (dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang yang di bagian
bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat
dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang, yang dapat
mempunyai percabangan atau tidak. Tumbuhan biji tunggal (monocotyledoneae)
sebaliknya mempunyai batang yang dari pangkal sampai ke ujung boleh dikata tak
ada perbedaan besarnya. Hanya pada beberapa golongan saja yang pangkalnya
tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas tetap sama, seperti terlihat pada
bermacam-macam palma (palmae).
Jika kita berbicara tentang bentuk batang biasanya
yang dimaksud ialah bentuk batang pada penampang melintangnya ini dapat
dibedakan bermacam-macam bentuk batang :
a. Bulat (teres),
misalnya bambu (bambusa sp), kelapa (cocos)
b. Bersegi (angularis).
Dalam hal ini ada kemungkinan:
-
Bangun segi tiga(triangularis),
misalnya batang teki (Cyperus rotundus),
-
Segi empat (quadrangularis),
misalnya batang markisah (passiflora quardrangularis L.)
c. Pipih dan
biasanya lalu melebar menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun pula.
Batang yang bersifat demikian dinamakan:
-
Filokladia (phyllocladium),
jika amat pipih dan mempunyai daun dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas,
misalnya pada jakang (Muehlenbeckia platyclada meissn)
-
Kladodia (cladodium),
misalnya sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris Mill)
2. Percabangan
Pada Batang
Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang
tidak, yang tidak bercabang kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji
tunggal (Monocotyledoneoe) ,misalnya jagung (Zea mays L.) .
Umumnya batang memperlihatkan percabangan, entah banyak entah sedikit.
Cara
percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan tiga macam cara percabangan,
yaitu :
1. Cara
percabangan monopodial ,yaitu juka batang pokok selalu tampak jelas, karena
lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) dari pada
cabang-cabangnya, misalnya pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.)
2. Percabangan
simpodial, batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya
mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya misalnya pada sawo manila (Achras
zapota L.)
3. Percabangan
menggarpu atau dikotom,yaitu cara percabangan,dimana batang setiap kali menjadi
2 cabang yang sama besarnya,misalnya paku andam(Gleichenia linearis Clarke).
Cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari
batang pokok lazimnya disebut dahan(ramus).sedang cabang-cabang yang
kecil dinamakan ranting(ramulus).
Cabang-cabang pada suatu tumbuhan dapat
bermacam-macam sifatnya,oleh karena itu,cabang-cabang dapat dibedakan seperti
dibawah ini :
a. Geragih
(flagellum, stolo), yaitu cabang-cabang kecil panjang yang tumbuh
merayap, dan dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru dan kebawah tumbuh
akar-akar. Tunas pada buku-buku ini beserta akar-akarnya masing-masing dapat
terpisah merupakan suatu tumbuhan baru. Cabang yang demikian ini dibedakan lagi
dalam dua macam :
1. Merayap
di atas tanah, misalnya pada daun kaki kuda (centella asiatica Urb.) dan
arbe (Fragraria vesca L.)
2. Merayap
di dalam tanah , misalnya teki (cyperus lrotundus L.), kentang (solanum
tuberosum L.)
b. Wiwilan
atau tunas air (virga singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh
cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang
tidur atau kuncup-kuncup liar. Seringkali terdapat pada kopi (Coffea sp.)
dan pohon coklat (Theobroma cacao L.).
c. Sirung
panjang (virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya merupakan pendukung
daun-daun, dan mempunyai ruas-ruas yang cukup panjang. Pada cabang-cabang
demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, oleh sebab itu sering disebut pula
cabang yang mandul (steril),
d. Sirung
pendek (virgula atau virgula sucrescens), yaitu
cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun biasanya
merupakan pendukung tanpa bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat
perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil).
3. Arah Tumbuh
Batang
Cabang-cabang
pada suatu tumbuhan biasanya membentuk sudut yang tertentu dengan batang
pokoknya. Bergantung pada besar kecilnya sudut ini, maka arah tumbuh cabang
menjadi berlainan.
Umumnya
orang membedakan arah tumbuh cabang seperti berikut :
a. Tegak (fastigiatus),
yaitu jika sudut antara batang dan cabangnya amat kecil, sehingga arah tumbuh
cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit serong ke atas, tetapi selanjutnya
hampir sejajar dengan batang pokoknya, misalnya wiwilan pada kopi (Coffea sp.)
b. Condong
ke atas (patens), jika cabang dengan batang poko membentuk sudut kurang
lebih 45 derajat, misalnya pada pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.)
c. Mendatar
(horizontalis), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut sebesar kurang
lebih 90 derajat Celcius, misalnya pada pohon randu (Caiba pentandra gaertn)
d. Terkulai
(declinatus), jika cabang pada pangkal mendatar, tetapi ujungnya lalu
melengkung kebawah, misalnya kopi robusta (Coffea robusta Lindl.)
e. Bergantung
(pendulus) , cabang-cabang yang tumbuhnya ke bawah, misalnya
cabang-cabang tertentu pada Salix.
4. Jaringan
Pada Batang
a) Struktur
Anatomis Batang
Pada ujung
batang yang sedang tumbuh, tepatnya berada dibelakng meristem apical, terbentuk
jaringan primer. Dari luar ke dalam, jaringan primer seperti tabg terdapat
diujung akar terdiri atas jaringan berikut ini.
-
Protoderma, merupakan
bagian luar yang akanmembentuk epidermis.
-
Prokambium, terletak
di bagian tengah, akan membentuk xilem, floem, dan kambium vascular.
-
Meristem dasar, akan
membentuk empulur dan korteks.
Hanya
tumbuhan dikotil yang memiliki kambium sehingga dapat terjadi pertumbuhan
sekunder. Hal tersebut dapat menyebabkan tumbuhan dikotil memiliki striktir
sekunder.
b) Struktur
Primer Batang
Semua tumbuhan memiliki struktur primer, yaitu struktur
jaringan yang terbentuk pada awal pertumbuhan batang pada ujung batang.
Berikut
ini akan dibahasa tentang struktur primer batang monokotil dan dikotil.
1. Struktur
Primer Batang Monokotil
Struktur
primer batang monokotil terdiri atas epidermis pada bagian luar, dan pada
bagian dalam terdiri atas seklerenkima, parenkima korteks, ikatan pembuluh, dan
parenkima empulur. Ikatan pembuluh pada struktur primer batang monokotil
tersebar acak hingga ke empulur, sehingga batas korteks dan empulur tidak tampak.
2. Struktur
Pimer Batang Dikotil
Struktur
primer batang dikotil dibangun oleh jaringan-jaringan primer sebagai berikut.
a. Epidermis,
terbentuk atas sel-sel pipih yang berfungsi melindingi jaringan yang ada di
dalamnya, umumnya satu lapis. Dinding sel tebal dan dilapisi kitin atau
kutikula.
b. Korteks,
daerah di bawah epidermis yang tersusun dari sel-sel parenkim, fungsinya dapat
untuk menyimpan cadangan makanan. Pada beberapa jenis tumbuhan, dinding sel-sel
parenkimnya menebal membentuk kolenkima dan seklerenkima, yang berfungsi
memperkuat batang.
c. Stele
atau silinder pusat, merupakan bagian terdalam dari batang. Setele tersebut
disusun oleh xilem, floem, kambium vascular, dan empulur.
ü Floem
primer merupakan jaringan korteks yang tersusun oleh beberapa macam sel yang
mampu mengangkut zat organik hasil fotosintesis dari daun ke tempat lain.
Misalnya, floem dan serabut floem.
ü Kambium
vascular (kambium pembuluh), merupakan jaringan yang bersifat meristematis dan
terbentuk dari prokambium. Kambium ini terletak di antara jaringan xilem dan
floem. Pembelahan kearah luar sel-sel kambium akan membentuk floem
sekunder sedangkan kea rah dalam akan membentuk xilem sekunder.
ü Xilem
primer, merupakan jaringan yang kompleks, yang tersusun atas pembuluh xilem
(trakea) dan trakeid, terbentuk pada pembuluh primer.
ü Empulur,
baian dalam batang yang tersusun oleh sel parenkima dan dapat berfungsi sebagai
tempat penyimpanan makanan.
3. Struktur
Sekunder Batang
Hanya tumbuhan dikotil yang memiliki kambium
sehingga hanya tumbuhan dikotil yang mengalami pertumbuhan sekunder.
Macam-macam jaringan sekunder yang dimiliki oleh tumbuhan dikotil akan
dijelaskan sebagai berikut :
1) Floem
sekunder , merupakanjaringan floem yang letaknya lebih dalam
dari jaringan floem primer, yang dibentuk oleh kambium kea rah luar. Akibat
terus terbentuknya jaringan floem sekunder kulit batang tanaman dikotil
membesar atau mengalami pertumbuhan sekunder.
2) Xilem
sekunder,
merupakan jaringan xilem yang dibentuk oleh jaringan kambium kea rah dalam.
Letak xilem sekunder lebih ke arah luar dari pada letak xilem primer.
Pertumbuhan xilem sekunder menyebabkan jari-jari xilem semakin besar.
Pertumbuhan jari-jari xilem tidak sama setiap tahun, tergantung pada curah
hujan, persediaan air, makanan, dan pengaruh musim. Fenomena tebal tipisnya
pertumbuhan jari-jari batang menyebabkan terbentuknya lingkaran tahun.
3) Gabus dan kambium
gabus
Gabus
(felem) merupakan jaringan yang dibentuk oleh kambium gabus (felogen) ke arah
luar. Sebaliknya kea rah dalam felogen akan membentuk feloderma atau parenkim
gabus. Gabus terdiri dari sel-sel yang dinding selnya mengalami penebalan oleh
suberin, dan bersifat impermeabel. Pada jaringan gabus di kulit batang,
terdapat lentisel.
No
|
Monokotil
|
Dikotil
|
1.
|
Batang
tidak bercabang-cabang
|
Batang
bercabang-cabang
|
2.
|
Hipodermis
berupa sklerenkim
|
Hipodermis
berupa kolenkim
|
3.
|
Pembuluh
angkut tersebar
|
Pembuluh
angkut teratur dalam susunan lingkaran atay berseling radial
|
4.
|
Tidak
mempunyai jari-jari empulur
|
Jari-jari
empulur berupa deretan parenkim diantara berkas pengangkut
|
5.
|
Tidak
mempunyai kambium vascular, sehingga tidak dapat tumbuh membesar
|
Mempunyai
kambium faskular, sehingga dapat tumbuh membesar
|
6.
|
Empulur
tidak dapat dibedakan dengan daerah korteks
|
Dapat
dibedakan daerah korteks dan empulur
|
7.
|
Tidak
ada kambium diantara xilem dan floem
|
Ada
kambium diantara xilem dan floem
|
Batang berfungsi sebagai tempat duduk daun, sarana
lintasan air, mineral,dan makanan antar bagian tumbuhan. Pada fase pertumbuhan,
batang menghasilkan daun dan tunas.sedangkan pada fase reproduksi , batang
menghasilkan bunga. Ujung batang dan daunnya disebut kuncup
terminal, sedangkan kuncup ketiak disebiu kuncup aksiler. Jika kuncup
suatu batang diiris membujur maka akan tampak bagian berupa daun muda, jaringan
meristem, buku dan ruas antarbuku.
BAB III
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Daun
merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi
sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui
fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia
harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya
menjadi energi kimia.
Batang berfungsi
sebagai tempat duduk daun, sarana lintasan air, mineral,dan makanan antar
bagian tumbuhan. Pada fase pertumbuhan, batang menghasilkan daun dan tunas.
Sedangkan pada fase reproduksi , batang menghasilkan bunga. Ujung batang dan daunnya disebut kuncup
terminal, sedangkan kuncup ketiak disebut kuncup aksiler. Jika kuncup suatu batang diiris membujur maka
akan tampak bagian berupa daun muda, jaringan meristem, buku dan ruas
antarbuku.Pada struktur sekunder batang, hanya tumbuhan dikotil yang memiliki
kambium sehingga hanya tumbuhan dikotil yang mengalami pertumbuhan sekunder.
Adapun perbedan batang dikotil dengan batang monokotil.
Pada batang
monokotil, batang tidak bercabang-cabang, hipodermis berupa sklerenkim,
pembuluh angkut tersebar, tidak mempunyai jari-jari empulur, tidak mempunyai
kambium vaskular sehingga tidak dapat tumbuh membesar, empulur tidak dapat
dibedakan dengan daerah korteks dan tidak ada kambium diantara xilem dan floem.
Sedangkan pada batang dikotil, batang bercabang-cabang, hipodermis berupa
kolenkim, pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkaran tahunnya berseling
radial, jari-jari empulur berupa deretan parenkim diantara berkas pengangkut,
mempunyai kambium faskular sehingga dapat tumbuh membesar, dapat dibedakan
daerah korteks dan empulur, dan ada kambium diantara xilem dan floem.
DAFTAR PUSTAKA
azaywali.blogspot.com/2012/03/morfologi-daun-tunggal_14.html
nuraeninia.blogspot.com/2012/04/morfologi-daun-majemuk.html
www.scribd.com/doc/94172430/morfologi-daun
Hidayat,
Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta : Gajdah
Mada
University Press.
http://dimar27.multiply.com/journal/item/14/Kemenangan_di_Puncak_Andam?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Makasih ya atas informasinya sangat bermanfaat sekali disini
BalasHapus